·23 May 2020

WHO Menyatakan Covid-19 Tidak Akan Sepenuhnya Lenyap, Apa Maksudnya?

·
5 minutes read
WHO Menyatakan Covid-19 Tidak Akan Sepenuhnya Lenyap, Apa Maksudnya?

Pertengahan bulan Mei 2020 WHO menyatakan bahwa kemungkinan besar Covid-19 akan menjadi seperti HIV. Maksudnya adalah Coronavirus akan terus ada di permukaan bumi dan kita mau nggak mau harus hidup berdampingan dengan penyakit ini. Karena itulah Covid-19 tidak akan sepenuhnya lenyap.

Beberapa negara sudah mulai melonggarkan ‘aturannya’ sehingga angka infeksi muncul kembali walau lebih lambat dan terkontrol. Hal ini menunjukkan adanya gelombang kedua yang akan menyusul sesudah dibukanya kembali akses ke mana saja jika tidak berhati-hati.

Mike Ryan, ahli WHO, mengatakan, “Virus kemungkinan akan menjadi endemik dalam kehidupan masyarakat dan Covid-19 tidak akan lenyap.” Namun, diprediksi kita bisa mengontrol penyebarannya, kok. WHO percaya bahwa kita akan menjalani ‘the new normaldengan batasan-batasan yang harus diterapkan akibat Covid-19.

Penjelasan Terkini WHO tentang Covid-19

WHO sebenarnya belum pasti juga soal Sars-Cov-2 menjadi virus endemi, ya, bisa saja virus ini lenyap dan teratasi. WHO yakin kita pasti bisa melawannya jika sudah ada vaksin yang berhasil lolos uji.

1. Penjelasan tentang virus endemik

Endemic vs Epidemic vs Pandemic : coolguides

Perbedaan endemi, epidemi dan pandemi. Source: reddit.com

Di dalam epidemiologi atau studi penyebaran sesuatu yang berkaitan dengan kesehatan dalam populasi, ada beberapa level penyebaran penyakit. Level penyebaran ini ditentukan oleh seberapa banyak orang sakit dan seberapa cepat terjadinya.

Endemi adalah kehadiran suatu penyakit atau infeksi yang selalu ada dalam suatu wilayah geografis. Sedangkan epidemi adalah meningkatnya angka kasus infeksi di suatu wilayah dengan cepat dan munculnya cluster-cluster. Sedangkan pandemi adalah epidemi yang menyebar di beberapa negara atau benua.

Graham Medley PhD menyebutkan bahwa ketakutan dari ketidakjelasan dan kebaruan suatu virus umumnya membuat peyakit menjadi epidemi atau pandemi. Namun, ketika virus sudah beredar lama dan bukan sesuatu yang baru lagi meski masih ada serta bisa dikontrol, maka virus ini akan disebut virus endemi.

2. Contoh virus endemi

Measles cases in England almost quadrupled in 2018 – Which? News

Campak. Source: which.uk

Contoh dari virus endemi adalah HIV, virus ini tidak hilang dan masih terus ada, namun semua orang sudah memiliki kadar pengertian yang tinggi terhadap virus ini. Langkah prevensi lebih mudah dilakukan dan orang sudah tidak takut seperti dulu lagi.

Malaria juga merupakan virus endemi di beberapa wilayah di dunia. Penularan malaria bisa mematikan karena parasit yang disebarkan nyamuk. Namun, malaria hanya ada di beberapa bagian dunia saja yang lebih panas dan lembap.

Oleh karena itulah, traveler yang mau memasuki wilayah rawan malaria diimbau untuk mengonsumsi obat malaria sebelum memasuki wilayah tersebut.

3. Cara mengeliminasi virus

TAU and Neovii team up to develop Covid-19 vaccine

Source: pharmaceutical-technology.com

Virus ini tentu bisa dieliminasi agar penyebarannya tidak masif lagi, namun kita akan memerlukan vaksin dan usaha bersama yang sangat besar. Ada sekitar 100 vaksin yang sedang dikembangkan sekarang ini dan beberapa sudah memasuki tahap uji coba klini. Namun tidak dipungkiri bahwa vaksin yang paling efektif akan sulit dicari.

Ryan sendiri menyatakan bahwa vaksin-vaksin penyakit lain seperti campak dan cacar sudah ada, namun penyakit ini juga belum lenyap. Orang masih bisa sakit walau jumlahnya tak banyak dan tidak lagi mematikan seperti sebelumnya.

Negara-negara mau tak mau harus membuka diri kembali untuk keberlangsungan ekonomi. Meskipun harus menunggu sampai kurva mencapai puncaknya dan selalu waspada setiap saat. Nah, kewaspadaan tinggi ini harus ada di level daerah, nasional, dan global.

Bukan berarti kita nggak bisa traveling lagi, ya! Semua bisa dilakukan lagi nanti, namun dengan kewaspadaan dan kesadaran dari semua orang dan pemerintah untuk meminimalisasi infeksi.

4. Bagaimana bila tidak ada vaksin?

Coronavirus: World Health Organization chief warns COVID-19 'may ...

Dr. Mike Ryan. Source: euronews.com

“Tanpa vaksin, nih, bisa saja virus ini bertahan selama 4-5 tahun,” ujar Ryan kepada Business Insider. Banyak sekali orang belum terpapar Covid-19 sehingga masih banyak potensi virus ini untuk menyebar di antara orang-orang yang belum mengembangkan antibodi untuk melawannya.

Butuh waktu bertahun-tahun untuk membuat virus ini menjadi endemi kalau tidak ada vaksin. Tanpa vaksin, tuh, kita harus menunggu jauh lebih banyak orang lagi terinfeksi agar dapat memprediksi sirkulasi penyebaran virus ini serta menentukan apakah virus ini menjadi virus musiman atau tidak.

Hal ini akan sangat berbahaya, sih, karena tidak semua orang bisa bertahan melawan virus ini, terutama orang lanjut usia dan orang yang memiliki penyakit turunan. Saat ada vaksin pun, Ryan berharap orang-orang mau divaksinasi. Karena tujuan vaksin bukan hanya melindungi diri sendiri, tapi juga melindungi orang lain yang tidak bisa divaksinasi dengan menurunkan angka penularan.

5. Herd immunity natural bukan jadi pilihan

Is Herd Immunity Our Best Weapon Against COVID-19? | Discover Magazine

Source: discovermagazine.com

Mungkin akhir-akhir ini kita mendengar kata herd immunity. Kalau cukup banyak orang sudah divaksin dan menjadi kebal, maka virus ini makin sulit tersebar sehingga bisa membantu melindungi orang yang belum atau tidak bisa vaksin. Inilah yang disebut herd immunity atau immunity community.

Herd immunity bisa bekerja maksimal kalau sebagian besar populasi sudah divaksinasi. Herd immunity juga bisa terjadi secara natural. Kalau cukup banyak orang terinfeksi, maka banyak orang akan membentuk antibodi secara alami.

Namun, WHO sendiri belum tahu apakah orang yang pernah terinveksi Covid-19 pasti imun karena pada beberapa kasus ada orang yang terjangkit Covid-19 lebih dari sekali. “Pengetahuan para ahli tentang virus baru ini juga masih kurang sehingga tidak berani ‘mengorbankan manusia’ untuk herd immunity,” kata Margaret Harris, jubir dari WHO kepada The Independent.

Untuk campak, nih, herd immunity terjadi kalau 90% orang terinfeksi. Sementara pada Covid-19 kemungkinan angkanya berbeda dan yang harus diingat kalau angka infeksi naik maka otomatis angka kematian juga ikut naik. Kesimpulannya: vaksin adalah cara teraman untuk membentuk imunitas, bukan dengan memaparkan diri terhadap virus.

Sumber:


Jadi, apakah Covid-19 tidak akan lenyap atau akan lenyap? Kita tidak tahu! Apa saja bisa terjadi dan kita semua harus tetap berhati-hati.

Apa pun yang terjadi ke depannya, mari selalu melakukan berbagai tindakan preventif agar kita dan orang-orang terkasih tidak terpapar Covid-19, sekarang maupun besok.

Jangan menyerah untuk menjaga diri, ya!

Apakah kamu siap menjalani era normal yang baru? Kamu nggak sabar ingin melakukan apa sesudah ada vaksin? Yuk, bagikan pendapatmu di kolom komentar.

Bagikan artikel ini